Monday, December 10, 2018

Dihukum Berdiri.


Ustadz menunjuk ku.
Disuruh maju ke depan membawa kitabku.
Ibriz namanya.
Mulailah aku membaca At'thoriq.
Ku awali dengan basmalah.
Hatiku kacau tak karuan.
Jantungku berdegup kencang.
Ada apa gerangan?
Aku hanya takut ustadzku. Hehe

Baru sampai ayat ke 2.
Aku sudah salah.
Aku gundah.
Padahal aku merasa sudah benar dan sesuai kaidah.
Ustadz menyuruh mengulangi sampai benar.

Aku grogi.
Rasanya aku akan dihukum berdiri.
Ku ulang-ulang,
Rasanya, aku bisa hafal At-Thoriq di depan.

Perasaanku benar,
Aku dihukum.
Tapi aku bahagia.

Hikmahnya: bisa hafal At-Thoriq dan memperbaiki ngajiku. Wkwkwk


Tuban

Sudah Kenyang.

Ketika aku lulus SMA, orang-orang sekitarku bertanya "Lanjut kemana?" Atau "Sudah diterima dimana?".
Aku menjawab pertanyaan itu dengan santai karena aku sudah diterima.

Ketika sudah kuliah, hampir 3tahun berjalan, mereka bertanya lagi "Kapan lulus?" Atau "Kapan Wisuda?"
Aku menjawab pertanyaan itu pula dengan kelulusan dan wisuda ku.

Semakin kesini, setelah lulus pun mereka bertanya "Kerja dimana?"
atau "Sudah ada gandengan?"
Untuk saat ini aku belum bisa menjawab, karena Allah juga belum memberikan jawaban. Tapi suatu saat nanti, Allah akan memberikan rahasia terbesarNya.
Ingat, Allah itu sesuai prasangka hambaNya.
Jadi bijaklah dalam berprasangka.

Nyatanya hidup itu hanya melanjutkan pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Semangat ya.

Untuk kalian yang sedang berjuang, Al Fatihah.


Tuban.

Sambal Petis Madura.

Kawan-kawan datang dari berbagai suku.
Ada yang dari suku madura, jawa, bahkan dari sumatera.
Semua berbaur di kota tercinta. Malang tentunya.
Kisah ini terjadi pada bulan Agustus-September 2018 dimana aku merasakan kehangatan keluarga di kota rantauan.
Rasanya waktu berjalan cepat sekali. Hmm waktu sudah tidak berjalan lagi, namun sudah berlari. Aku yang masih berjalan sehingga tak dapat mengejar.

Kembang turi.
Nama salah satu jalan kenangan. Bagaimana tidak? Kenanganku melebur menjadi satu disana. Padahal tidak memakan waktu lama.

Aku hanya rindu hari-hari ku yang tidak sedang apa-apa bersama kawan-kawan. Hanya streaming film, musik, tidur dan bergabut ria.
Aku rindu dengan sabtu-minggu ku yang ku jalani dengan memasak. Memang bisa? Siapa yang masak?
Hehe tentu bukan aku.
Kawan madura ku memasak sambal petis madura dengan perpaduan segala macam bawang. Rasanya sungguh menggugah selera. Pertama kali aku merasakannya.
Kemudian setiap sabtu atau minggu, sambal petis madura membuat candu. Aku harus merasakan itu.
Terimakasih sofia.

Kini, bulan desember. Penutup bulan di tahun 2018. Aku merindukan sambal petis madura. Aku sedang mengingat-ingat rasanya. Karena petis di kotaku tak lagi sama.

Tuban

Sunday, December 9, 2018

Sabar.

Duhai hati..
Ridholah dengan takdir Allah.
Lapangkan lah hatimu dan tanamkan lah..
Bahwa segala sesuatu atas kehendak Allah.

Apapun rencana Allah yang diberikan untukmu..
Adalah salah satu cara Allah untuk menuntunmu..

Semoga..
Dengan ridhonya hatimu.
Akan ada rangkaian kebahagiaan rahasia.
yang Allah siapkan untukmu.


Kang.. Bila Rasaku juga Rasamu.

Kang..
Aku belum mengenalmu.
Aku tak akan mengajakmu kenalan lebih dulu.
Karena aku tak seberani itu.

Kang..
Memang aku merindukanmu.
Pun aku tak akan menghubungimu.
Karena aku tak selemah itu.

Kang..
Mungkin aku telah mencintaimu.
Mencintai tanpa rupamu.
Karena aku masih tidak tahu. Siapakah dirimu yang akan menjadi imamku?

Kang..
Ijinkan aku untuk selalu mendo'akanmu.
Ku berikan alfatihah setiap selesai sholatku.
Semoga dirimu peka akan diriku.

Kang..
Sesibuk apapun kegiatanmu saat ini.
Ku harap kau tahu bahwa ada hati yang setia menanti.

Sejauh apapun langkahmu.
Jangan lupa menuju diriku.

Alfaatihah.





Tuban, ditulis dengan penuh do'a.

Tuan.

Foto-fotonya telah usang,
Tapi inilah yang membuatku senang.
Kini sosoknya tak lagi ada,
Disaat diri ini membutuhkannya.

Oh Tuan,
Apakah diri ini tidak kau rindukan?
Aku yang dulu kau tinggalkan,
Akan menjadi sosok yang kau impikan.

Oh Tuan,
Kini kita sudah berbeda.
Aku di sini, engkau di sana.
Berbeda dunia.
Namun tetap satu cinta.

Oh Tuan,
Do'a-do'a ku tetap tercurahkan untukmu.
Dalam setiap sujudku.
Aku mencintaimu.
Mencintai mu tanpa rupa.
Namun selalu ada dalam relung jiwa.

Untuk tuanku, lahul Fatihah.

Tuban, ditulis dengan penuh cinta.

Beda Selera.

Ada yang semangat melihat oppa-oppa.
Mereka berkata duh tampan tiada tara.
Apalagi menonton drama korea.
Seakan hidup tiada duanya.

Tapi ahh.. aku tak selera.
Maaf kita sudah berbeda.
Tapi berbeda bukanlah dosa.
Guyonan ini.
Membuat hidup makin berarti.

Terimakasih konco guyon beda seleraku.
Siapapun kamu.
Aku rindu.

Tuban.